Henrikh Mkhitaryan kaya akan pengalaman: dia menguasai banyak bahasa, telah mengunjungi banyak negara, bermain di banyak klub, bermain dengan pemain dari berbagai negara, dan telah diasah oleh banyak pelatih besar. Terlepas dari pengembaraannya di berbagai belahan dunia, dia tak pernah jauh dari akarnya, dengan perjalanan yang penuh perjuangan baik di dalam maupun di luar lapangan.
Lahir di Yerevan pada 21 Januari 1989, Henrikh menjadi pemain pertama Inter yang berasal dari Armenia saat dia bergabung pada musim panas 2022. Dia lahir di Armenia namun besar di Prancis, karena ayahnya, Hamlet, merupakan striker ulung di Ligue 2. Ikatan ayah dan anak ini terwujud dengan sempurna melalui sepak bola, namun waktu bersama mereka tidak berlangsung lama karena ayahnya meninggal karena sakit di usia muda.
Kecintaannya pada sepak bola tumbuh sejak dini dan terus bertambah kuat. Saat baru menginjak usia 13 tahun, Mkhitaryan terbang ke Brasil untuk berlatih bersama Sao Paulo dan satu kamar dengan pemain yang lebih tua, yang tak lain adalah salah satu bintang Nerazzurri, Hernanes.
Di sini, dia mengasah sisi teknis permainannya, memainkan gaya sepak bola atraktif yang unik dan mempelajari bahasa asing. Selain bahasa Armenia dan Prancis, Henrikh muda menguasai bahasa Portugis, yang sangat membantunya saat dia bermain di Ukraina karena separuh rekan satu timnya adalah orang Brasil. Di Ukraina dia berkembang menjadi bintang, pertama-tama di Metalurh, namun terutama di Shakhtar di bawah arahan pelatih Inter Mircea Lucescu.
Pada 2012/13, dia mengakhiri musim dengan raihan 29 gol, dengan gaya permainan yang langsung serta pragmatis tanpa basa-basi yang menjadi ciri khasnya. Dia merupakan tipe pemain yang berkontribusi dalam membangun serangan, tetapi juga piawai dalam penyelesaian akhir. Selanjutnya dia bermain di Jerman, pertama-tama di bawah asuhan Jurgen Klopp, kemudian Thomas Tuchel. Sistem yang mereka mainkan membuatnya semakin berkembang sebelum dia kemudian melompat ke Premier League, dan bermain untuk Manchester United dan Arsenal. Dia bermain di Inggris selama tiga musim dan meraih beragam kesuksesan, termasuk menjuarai Europa League bersama Red Devils, dengan mencetak gol krusial di laga final.
Armenia, Prancis, Brasil, Ukraina, Jerman, dan Inggris: sudah banyak tempat ia sambangi sebelum ke Italia. Dia melakoni tiga musim di Roma, mencatatkan 116 penampilan, mencetak 29 gol dan memenangkan Conference League.
Dari rumahnya di Valence dan kini ke Milan, Henrikh membuat persinggahan baru dalam perjalanannya. Saat dia mengenakan seragam Nerazzurri, sebagai keturunan Armenia, kita jadi teringat dengan pemain besar Inter lainnya, Youri Djorkaeff.
Selamat datang, Henrikh!
中文版
English Version
Versione Italiana
Versión Española
日本語版